10/4/2016
aku hanyalah jembatan penghubung dua dunia, maka temanilah aku dalam membawa pesan.
Senin, 11 April 2016
Alam yang marah
10/4/2016
Minggu, 03 April 2016
hermitage
I want you to love me.
I wish it could be.
31/01/2016
Sabtu, 02 April 2016
Source of goodness
there is no success without sacrifice earnest seeker by road if he did not have the patience and sincerity that have been tested by the trials and problems.
I know if I'm still far from both of these, but I will continue to try to continue to fight on this all though this trip feels far away.
but only love is able to move the hearts of the freeze into a sincere heart and patience in working on the orders of the owner of the harmony of the universe.
Believest that all the good that we do not currently exist in vain.
kyota hamzah
20/5/2013
Jumat, 01 April 2016
Longing
Kisah pilu april fool
Dalam sejarah yang terlupakan.
Di suatu negeri yang telah menghilang.
Memiliki kisah pilu dan tragis.
Kisah pilu sebuah kaum yang terusir dari rumahnya.
Saat barisan tentara berkuda datang dari benua daratan.
Dalam benteng terakhir mereka mengepung.
Terdesak oleh pengasingan.
Sang sultan menawarkan perjanjian.
Pada sang raja dan sang ratu.
Sebuah rumah yang paling berharga bagi semua kaum.
Ditukar dengan sebuah armada kapal.
Untuk kembali ke tanah asal.
Sang sultan menukar kunci dengan kapal bagi kaumnya pulang dengan damai.
Kunci rumah telah diterima dan armada kapal menanti di dermaga.
Saat sang sultan dan kaumnya memasuki dermaga.
Awal kisah kelam terjadi.
Sang raja berkhianat.
Kapal-kapal dibakar.
Para prajurit membantai warga sipil.
Air laut kini menjadi merah darah.
Bagi mereka yang masih hidup.
Hanya ada dua pilihan.
Menjadi orang yang keluar dan dungu sepanjang masa.
Atau mati dalam keadaan terhina serendah binatang.
Kisah kelam ini tercatat dalam sejarah.
Pada awal bulan april.
Di tanah awal cahaya terbit.
Dari kegelapan primitif yang masi menutup logika.
Bilamana saat ini kita memperingati awal bulan april dengan suka cita.
Maka tak jauh beda kita dengan melacurkan diri sendiri dengan rela.
Bilamana saat itu nyawa adalah taruhan untuk membuang keyakinan hakiki.
Maka kini kita tak ubahnya seperti orang bodoh yang merayakan kematian saudaranya.
Kelak dimasa yang akan datang kita kehilangan jati diri.
Dari sejengkal demi sejengkal.
Dari selangkah demi selangkah.
Nama kita tak lagi dikenal.
Kyota hamzah
1/4/2016